Muter2 di Kantor dan Sempat ke Ruang Rapat dalam Keadaan Suci

Pagi ini sudah mulai masuk kantor, setelah libur sehari kemarin, karena ada hari HUT RI ke 64. Berjalan dengan lamban dari gang ke gang yang sempit, setelah itu merasakan bau pesing di sekitar jalanan yang menurutku sangatlah memalukan, sebagai masyarakat yang beradab dan madani masih saja orang membuang sisa ekskresinya di segala tempat. Puuuiiih bau pesing banget, dan dimungkinkan karenadi situ tempat nongkrong yang paling trend untuk para pem”bajaj”… Makan apa ajah tuh orang2, kok bisa pesing banget, makan jengkol kali yeee…..

Sesampainya di kantor, peluh sudah memenuhi keningku. Hari ini aku ingin tetap semangat! Tapi rasa malas lebih besar melanda diriku. Apalagi ini kantor sudah jam 8 pagi, AC masih belum nyala. Puaaanasnya minta ampun, apalagi aku habis jalan ke kantor. Hari ini aku harus ke perpustakaan, karena mau mencari beberapa buku untuk literatur Dimethyl Ether. Huff…Dimethyl Ether belum begitu ternama sebagai sumber energi baru, namun ternyata inilah “Blue Energy” sesungguhnya. Mencari literaturnya susahnya setengah mati, karena belum banyak orang menulis tentang ini. Mungkin nanti setelah ini kerjaanku berakhir aku akan menceritakannya apa yang aku tau.

Cintaku yang membawa sekeranjang kue juga belum datang, benar2 kelaparaaan….Waaaaa…. Masih belum jam 9, Perpustakaan juga belum buka. Maklumlah, memang seperti itu kantorku yang wonderful, penuh dengan berbagai dengan warna warni… hehehe….

Kelaparaaan…… Perut sudah mulai kukuruyuuuk sendiri, tapi eh malah disuruh mengirim fax ke Cina. What??? Aku belum pernah…Gimana yaaa??? Bahasa Inggrisku kacau balau…. Banyak orang melarangku untuk pergi ke sana. Bukannya aku gak mau, tapi aku takut dengan pandemi virus flu di sana… Pertarungan antara hidup dan mati?!? Serasa aku takut akan virus flu itu… Gak bisa bayangin kena Swine flu…huhuhuhuhu

Ups, aku harus ke perpustakaan dulu. Sesampainya di perpustakaan, aku fotokopi literatur yang aku butuhkan. Tapi bodohnya aku lupa nggak bawa duit. ” Maaf pak, saya lupa gak bawa duit. Hehehe…..” kataku malu-malu sambil cengengesan. Akhirnya aku balik dengan tangan hampa, tanpa fotokopian literatur itu. Aku masih merasa kelaparan sekali, perutku tiba2 melilit, hampir maag… Akhirnya aku melakukan ritual kesukaanku, makan siaaaaaang….. hehehe… Langsung sembuh lagi perutku, tiba2 gak maag. Trus gak kerasa uda jam 13.30 (padahal istirahat sampai jam 13.00.hahaha…. Salah satu jenis korupsi yang sering aku lakukan!). Aku dapat kabar  bahwa aku harus datang rapat. Oh my Gosh!!!!! Lupa….. sambil lari2 aku menghadiri rapat, ups belum sholat dhuhur, akhirnya aku ambil wudhu, tapi rapat sudah dimulai. Akhirnya aku masuk ke ruang rapat dalam “keadaan suci”….Ciyeeeeee…… Hahaha…. Tanpa tersentuh bukan muhrim sama sekali akhirnya rapat selesai dan aku sholat dhuhur….Fuuuuuiihhhh….. Trus mengirim fax2 ke dubes dan konjen…. Operator kantor diajak ngomong bahasa Cina dengan operator Cina…. Jiaaaaaa….. aku juga gak bisa bahasa Cina.

……

Akhirnya baru jam 3 sore ini selesai semua tugasku. Aku sudah ke Perpustakaan, sudah mengirim surat ke Dubes Cina dan Konjen di Guang Zhou, Cina, dan sudah membantu rekan mengirim fax juga ke Indramayu….Fuih

……

Proses Pemurnian Minyak Nabati secara Fisika dalam Industri

Setelah kita mengetahui proses pure plant oil secara kimia dan fisika. Aku mau bercerita tentang proses pemurnian minyak nabati secara fisika dalam industri refining minyak nabati. Karena saat ini aku sedang menggeluti bidang ini. Aku sempet stress juga pertama, karena sulit sekali mencari literatur yang berkaitan. Aku sebenernya juga belum terlalu paham juga mengenai itu tapi mungkin ini hanya sebagian kecil dari yang kutahu. Mungkin juga ada masukan dan saran, aku sangat harapkan! Hahaha… Kapan ceritanya klo gini, banyak pembukaannya…=P

Flowsheet industri

Pertama-tama bahan baku yang digunakan oleh plant fisika adalah crude palm oil (CPO) dari tangki penyimpan CPO (storage tank). CPO dialirkan dengan rate 35-60 ton/jam. Temperatur inisial CPO adalah 40 – 60 oC. Umpan dipompa melalui sistem yang mengembalikan panas (heat recovery system), yang plate heat exchanger bertambah menjadi 60-90 oC.

Setelah itu, kira-kira 20 % umpan CPO menjadi slurry dan campur dengan bleaching earth (6 – 12 kg/ton CPO) menjadi bentuk slurry (CPO + Bleaching earth). Pengaduk dalam tank slurry mencampur CPO dengan bleaching earth secara sempurna. Kemudian slurry menuju bleacher.

Pada waktu yang sama, 80 % CPO dipompa melalui plate heat exchanger (PHE) dan pemanas steam menaikkan temperatur CPO menjadi 90 – 130 oC (temperature yang diharapkan untuk reaksi antara CPO dan asam fosfat). Kemudian, Umpan CPO dipompa ke mixer static dan asam fosfat dengan dosis 0,35 -0,45 kg/ton. Di dalamnya, pengadukan secara intensif dengan minyak mentah untuk mempresipitasi gum (getah). Presipitasi gum akan meringankan proses filtrasi nantinya, mencegah pembentukan scale dalam deodorizer dan panas permukaan. Degumming CPO kemudian menuju bleacher.

Dalam bleacher, ada 20 % slurry dan 80 % CPO yang didegumming dicampur bersama dan proses bleaching terjadi. Proses bleaching termasuk penambahan bleaching earth untuk menghilangkan beberapa impurities yang tidak diinginkan (semua pigment, trace metals, produk oksidasi) dari CPO dan akan memperbaiki rasa aslinya, bau akhir, dan kestabilan oksidasi produk. Hal ini juga membantu mengatasi masalah proses berikutnya dengan adsorpsi trace sabun, pro-oxidant metal ion, dekomposisi peroxide, pengurangan warna, dan adsorb impurities minor. Temperatur dalam bleacher harus sekitar 100-130 oC untuk mendapatkan proses bleaching optimum untuk periode bleaching 30 menit. Steam dengan tekanan rendah dimasukkan dalam bleacher untuk menggerakkan slurry berkonsentrasi untuk kodisi bleaching yang lebih baik.

Slurry mengandung minyak dan bleaching earth kemudian melalui filter Niagara agar bersih, bebas dari partikel bleaching earth. Temperatur dijaga pada 80 – 120 oC untuk proses filtrasi yang baik. Pada filter Niagara, slurry melewati lembaran filter dan bleaching earth terjebak dalam lembaran filter. Sebenarnya, bleaching earth harus bersih dari filter Niagara setelah 45 menit operasi untuk mendapatkan filtrasi yang baik. Bleached palm oil (BPO) dari filter Niagara dipompa menuju tank buffer yang sebagai storage sementara sebelum proses lebih lanjut.

Pada umumnya, dicheck pada filter kedua, perangkap filter yang digunakan dengan filter Niagara untuk menjamin bahwa tidak ada bleaching earth lolos terjadi. Adanya bleaching earth mencemari deodorizer, mengurangi stabilitas oksidasi dari produk minyak dan berlaku sebagai katalis untuk aktifitas dimerizaition dan polimerisasi. Karena itu, beberapa koreksi dapat diambil secepatnya.

BPO keluar dari filter dan melalui rangkaian sistem pengembalian panas (heat recovery system), Schmidt plate heat exchanger dan spiral (termal minyak: 250-305 oC) heat exchanger memanaskan BPO dari 80 – 120 oC sampai 210 – 250 oC.

BPO panas dari spiral heat exchanger kemudian diproses ke tahap selanjutnya dimana FFA dan warna dikurangi dan lebih penting, menghilangkan bau menghasilkan produk yang stabil dan bau yang berkurang.

Dalam kolom pre-stripping dan deodorizing, proses deacidification dan deorization terjadi secara bersamaan. Deodorisasi pada temperature tinggi, vakum yang tinggi, dan proses destilasi vakum. Operasi deodorizer dengan alat: 1. Dearasi minyak, 2. Memanaskan minyak, 3. Steam strips minyak, 4. Mendinginkan minyak sebelum meninggalkan sistem. Semua material adalah stainless steel.

Pada kolom, minyak umumnya dipanaskan kira-kira 240 – 280 oC di bawah vakum. Vakum kurang dari 10 torr biasanya dijaga oleh ejector dan booster. Panas bleaching minyak terjadi pada temperatur ini melalui perusakan termal pigmen karotenoid. Penggunaan steam langsung (direct steam) menjamin pembuangan residu FFA, aldehida dan keton yang tidak diharapkan rasa dan baunya. Berat molekul yang lebih rendah dari fatty acid yang teruapkan naik ke kolom dan tertarik keluar oleh sistem yang vakum. Uap fatty acid meninggalkan deodorizer didinginkan dan dikumpulkan dalam kondensor fatty acid sebagai fatty acid. Fatty acid kemudian didinginkan dalam fatty acid cooler dan dikeluarkan menuju storage tank fatty acid dengan temperature sekitar 60 – 80 oC sebagai destilat asam lemak kelapa sawit (palm fatty acid distillate/ PFAD), by produk dari proses refinery.

Produk bawah (bottom product) dari pre-stripper dan deodorizer adalah refined, bleached, deodorized palm oil (RBDPO). RBDPO panas (250-280 oC) dipompa melalui Schimidt Heat Exchanger untuk memindahkan panasnya ke BPO yang masuk dengan temperature rendah. Lalu, melalui perangkap filter lainnya untuk mendapat minyak akhir (120 – 140 oC) untuk mencegah earth trace dari reaching tangki produk. Setelah itu, RBDPO melalui RBDPO cooler dan plate heat exchanger untuk memindahkan panas ke umpan CPO. RBDPO dipompa ke storage dengan temperatur 50 – 80 oC. (Galz-dari Refinery of Palm Oil)

Pure Plant Oil, Pemurnian secara Fisika

Proses Pemurnian secara Fisika

Proses ini terdiri dari proses degumming, bleaching, dan deodorisasi. Proses pemurnian secara fisika ini lebih sederhana daripada proses secara fisika, namun peralatan yang digunakan lebih rumit. Untuk proses degumming dan bleaching hampir sama dengan proses secara kimia. Berikut ini flowchart dari proses pemurnian secara fisika.

Pemurnian secara fisika Yang membedakan proses  fisika dan kimia adalah pada proses pemisahan FFA-nya, dalam kimia proses yang digunakan yaitu neutralisasi dengan menambahkan zat kimia (larutan caustik), kemudian terjadinya reaksi kimia antara FFA dan larutan caustic menjadi sabun. Sedangkan, dalam fisika proses yang berlangsung dengan pemanasan dan kondisi vakum agar minyak tidak rusak pada suhu tinggi.

Proses deodorisasi adalah proses destilasi vakum dengan steam pada temperatur dimana FFA dan zat pembau dihilangkan untuk memperoleh minyak yang tidak berbau. Zat pembau adalah FFA, aldehid, keton, peroksida, alcohol, dan komponen organik yang lain. (O’Brien, hal 153)

Kondisi temperatur pada umumnya 250-280 oC dan kondisi vakum sekitar 2 torr – 10 torr. Namun semuanya harus dihitung dulu untuk menentukan kondisinya dengan pasti, tentu saja dengan menggunakan perhitungan dew point minyak untuk memisah dengan FFA. Dalam buku Seader dan Enerst halaman 17 dijelaskan bahwa semua steam akan menguap lewat overhead (tidak ada kondensasi internal) dalam kondisi steady state, dimana sistem berada dalam kondisi titik dew point.

Proses deodorisasi ini dapat berlangsung secara batch, semi kontinyu, dan kontinyu. Selain itu, kolom destilasi vakum yang digunakan untuk deodorisasi ini untuk tempat kontaknya dapat dengan menggunakan tray maupun packed kolom. Semua spesifikasi ini tergantung pada kapasitas, biaya, dan kegunaan. Pada umumya, bila diameter kolom kurang dari 1 meter, maka lebih ekonomis bila menggunakan packed kolom.

Keunggulan pemurnian secara fisika ini yaitu:

  • Physical refining sesuai untuk minyak dengan FFA tinggi atau minyak kelapa sawit dan minyak sekam padi.
  • Looses pada chemical refining, sangat tinggi, terutama minyak dengan FFA tinggi diproses secara fisika (tanpa proses caustic). Proses-proses yang dilakukan yaitu degumming, bleaching, dan deodorisasi, dengan kondisi operasi pada umumnya 0,5 torr vakum, dapat mengurangi FFA hingga dibawah 0,1 % dan jernih tanpa bau.
  • Keuntungan physical refining adalah tidak menghasilkan sabun (seperti dalam proses kimia) yang membutuhkan proses lebih lanjut. Namun langsung menghasilkan DFA (distilled fatty acid) by product yang dapat langsung digunakan oleh pabrik sabun. Dan juga tidak memerlukan air pencucian yang sangat baik untuk plant water treatment, sehingga bebas polusi.

(http://oiltekcanada.com/oilref.htm)

Mungkin untuk lebih sederhananya akan diterangkan dengan gambar di bawah ini.

Keunggulan fisika

Namun, dampak negatif dari teknologi deodorisasi yaitu:

  • degradasi thermal,
  • hidrolisis,
  • trans fatty acid formation,
  • positional isomerisation of PUFA (polyunsaturated fatty acid),
  • dan polymerisation (dimers).

Kelemahan fisika

Namun, sekarang proses deodorisasi ini komersil dan telah banyak digunakan dalam industri refining minyak goreng. (Galz-dari berbagai sumber)

Pure Plant Oil, pemurnian secara kimia

Teman-teman aku ingin share tentang apa yang sekarang aku kerjakan di sini. Setidaknya ingin berbagi, karena mungkin aku juga salah… Mohon masukkannya…=D

Saat ini aku sedang menekuni BioFuel yang nantinya akan dijadikan sebagai pengganti maupun tambahan bahan bakar. Sebelum itu, kita harus memurnikan bio-oil itu sampai memenuhi spesifikasi yang sesuai dengan bahan bakar, contohnya, viskositasnya, komponen-komponen yang ada (kadar sulfur, keasaman), angka setan, angka oktan, dan lain-lain. Setelah bio-oil itu murni atau yang disebut juga Pure Plant Oil, dapat ditambahkan dengan solar dengan perbandingan tertentu. Hal ini tentunya akan dapat menghemat penggunaan solar. Untuk biodiesel dan bio-oil dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada bahan bakar solar karena angka setana yang tinggi, sedangkan bio-ethanol dapat digunakan sebagai tambahan bahan bakar bensin karena nilai angka oktan yang tinggi.

Kita pasti masih ada yang belum tau banyak tentang angka setana dan angka oktana. Aku juga belum begitu paham, karena itu aku cari dan penjelasan tentang itu, aku ambil dari http://www.bioenergi.net. Angka setana adalah angka yang menunjukkan kemampuan bahan bakar untuk menyala sendiri (auto ignition). Skala angka setana biasanya menggunakan referensi berupa campuran antara normal setana (C16H34) dan alpha methyl napthalena (C10H7CH3) atau dengan hepta methyl nonana (C16H34). Normal setana memiliki angka setana 100, alpha methyl naphtalena memiliki angka setana 0, dan hepta methyl nonana memiliki angka setana 15. Angka setana suatu bahan bakar biasanya merupakan persentase volume dari normal setana dengan campuran tersebut. Sedangkan, angka oktana adalah angka yang menunjukkan seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum bensin terbakar secara spontan. Angka oktana menunjukkan persentase molekul iso-oktana (C8H18) dengan n-heptana (C7H16) dalam bensin.

Ternyata biodiesel dari minyak sawit besar melebihi solar pada umumnya yaitu 62, bio-oil dari minyak kelapa sebesar 60<, sedangkan solar hanya 48. Memang setelah lihat dari beberapa literatur pada umumnya angka setana pada biofuel lebih besar daripada bahan bakar dari hidrokarbon. Yang akan aku bahas di sini yaitu mengolah minyak menjadi pure plant oil (bio-oil). Yang hanya terdiri dari pemurnian minyak nabati.

Pemurnian minyak nabati itu bertujuan untuk menghilangkan pengotor, bahasa kerennya impurities yang terdiri dari getah (gum), metal trace, fosfolipid, dll., melunakkan bau (odorless), dan menjernihkan warna (merubah warna sehingga menjadi keemasan). Proses pemurnian ini terdiri dari 2 jenis yaitu:

  • Proses pemurnian secara kimia
  • Proses pemurnian secara fisika

Proses Pemurnian secara Kimia

Proses pemurnian secara kimia ini, terdiri dari proses degumming, proses neutralisasi, dan proses bleaching. Proses ini disebut kimia, karena proses yang dilakukan dengan penambahan bahan kimia. Dan bila mengolah minyak kelapa sawit sebagai bahan baku, hasil yang diperoleh disebut NBDPO atau kepanjangan dari Neutralized Bleached Deodorized Palm Oil. Berikut ini flowchart untuk pemurnian secara fisika pada umumnyaPemurnian secara kimia

Proses-proses yang terjadi dalam proses ini adalah:

1. Proses Degumming

Degumming adalah proses penghilangan gum (getah). Biasanya menggunakan asam phospat, karena asam phospat ini dapat mengikat fosfor yang merupakan komposisi getah, kemudian mengendapkannya. Proses ini disertai pemanasan untuk mengoptimalkan proses degumming, biasanya pemanasan dilakukan sampai suhu sekitar 60oC. Ada sumber lain yang mengatakan bahwa proses ini dapat dilakukan dengan menggunakan air saja.

Pernah dulu, sewaktu tugas akhir, seorang rekan juga melakukan percobaan degumming minyak jarak dengan menggunakan air dengan disertai pemanasan. Hasil yang menakjubkan gum berasal dari minyak jarak tersebut mengendap di bawah, dan berwarna putih, dan minyak yang dihasilkan lebih jernih. Namun, hal ini dirasa kurang efektif karena masih adanya sedikit gum dan waktu yang dibutuhkan untuk mengendapkan air dan gum-nya membutuhkan waktu yang agak lama.

2. Proses Netralisasi

Netralisasi adalah proses penambahan suatu basa ke dalam minyak untuk menetralkan minyak, karena sebelumnya minyak mengandung FFA (asam lemak bebas) yang kemudian direaksikan dengan basa kuat/larutan caustic yang akhirnya membentuk sabun. Basa kuat yang pada umumnya untuk reaksi ini adalah sodium hidroksida (NaOH) dan potassium hidroksida (KOH). Proses ini disertai dengan pemanasan sampai suhu sekitar 60oC. Namun, proses ini tidak dapat digunakan untuk FFA tinggi, karena bila proses pemurnian minyak secara kimia ini dilakukan, hasilnya akan menjadi sabun semua.

3. Proses Pengeringan

Proses pengeringan pada minyak bertujuan menguapkan terutama air dan mungkin pengotor lain yang volatile. Minyak hasil dipanaskan hingga >100oC (cukup suhu dimana air akan menguap), kemudian dalam kondisi vakum rendah. Karena bila masih ada kandungan air, maka memungkinkan terjadinya hidrolisa, yang bila bereaksi, hasil akhirnya asam lemak bebas dan menjadi digliserida atau menjadi monogliserida.

4. Proses Bleaching

Bleaching adalah memucatkan minyak atau menghilangkan komponen warna yang tidak diinginkan. Proses pemucatan ini ada 4 macam:

  1. Pemucatan dengan absorbsi : Biasanya digunakan bleaching earth (tanah pemucat) dan karbon aktif sebagai absorben.
  2. Pemucatan dengan oksidasi : Proses ini dikembangkan di industri sabun.
  3. Pemucatan dengan panas : Pada umumnya, pada suhu tinggi warna akan menjadi lebih pucat, karena zat-zat warna akan menguap. Namun proses ini, biasanya kondisi di bawah atmosfir atau vakum, karena untuk menghindari rusaknya minyak karena suhu yang terlalu tinggi.
  4. Pemucatan dengan hidrogenasi : Hal ini dilakukan dengan penambahan hidrogen, reaksi yang terjadi adalah reaksi adisi, pemecahan rantai. Misalnya untuk beta karoten yang mempunyai ikatan rangkap kemudian diadisi, warna menjadi lebih pucat.

Namun yang pada umumnya yang digunakan dalam industri refinery minyak nabati adalah pemucatan dengan menggunakan absorben, dengan tanah pemucat (bleaching earth) disertai pemanasan dan pada kondisi vakum.

Kelemahan proses pemurnian secara kimia:

  1. Tidak dapat dilakukan untuk FFA tinggi.
  2. Losses banyak.
  3. Tidak ekonomis untuk kapasitas yang besar, karena membutuhkan bahan kimia dan proses yang panjang.
  4. Produk samping yang dihasilkan memerlukan treatment yang lebih lanjut, seperti sabun yang dihasilkan perlu proses lanjut.

Oleh karena itu, ada proses fisika yang lebih simple, tapi menggunakan alat yang rumit. Namun, kedua proses ini masih digunakan, semuanya tergantung dari bahan baku, kapasitas, dan biaya. (Galz – dari berbagai sumber)